Ini sebenarnya pertanyaan yang
memiliki banyak jawaban. Sehingga, perlu banyak penafsiran juga. Kalau
menurutku sih, setiap jawaban itu tergantung sudut pandang yang punya jawaban.
Iyaalaah…betewe, perkiraan kedepan omonganku ini akan banyak gak pentingnya.
Hal-hal yang wajar, pasti bakal ku bahas. Sekilas kayak leluconnya cak lontong
getto.. secara tidak langsung dan secara blak-blakan, sepertinya aku lumayan
kagum juga sih sama cak lontong. Omongannya yang rasional itu, sering membuat
hati ini tertawa. Kenapa hati ? karena tiba-tiba mulut dan wajah ini juga bakal
ikutan tertawa, bahkan gak cuma itu saja, tubuh ini juga ikutan tertawa.
Contohnya, tawa gulung-gulung di tanah, alas, tikar, kasur, pokoknya apa saja
yang ada di bawah. Duhh… perlu ta ini dibahas ? sepertinya omongan ini akan
banyak yang ngelanturr. Pffftt… OMONG GAK PENTING
Oke, kembali ke siapa aku. Karena
setiap pertanyaan itu akan dijawab berdasarkan sudut pandang penjawab
(penelitian versi guwe kalee), ya mungkin ini pertanyaan akan kujawab versi
guwe jugaak. Kalau jawabanku sih, aku adalah seseorang yang pasti lahir didunia
yang dikaruniai nama…… (perlu ta aku kasih namaku?). iya mungkin, ini tahap aku
harus berkenalan yaa. Soalnya, kedepannya aku akan sering-sering nih nulis gak
penting kayak gini. Aku suka aja gitu loh, menggunakan keyboard2 ini. Daripada
skripsi terus, mending ikut memberdayakan si keyboard untuk lelucuan juga, gak
hanya untuk ngetik si serius skripsi ajaa. Nah kan, udah kedua kalinya
ngelantur, pffft… disini aku mencoba untuk memperkenalkan nama. Dari sekian
banyak manusia yang hidup di dunia, mereka mengenal aku sebagai sebutan Suci.
Sorry, maksudnya disini aku bukan manusia suci. Tapi aku biasa dipanggil Suci.
Yaah itu sebagian besar manusia ya, kalau sebagian kecilnya contohnya adalah
keluarga aku, aku biasa dipanggil Ana. Saat inipun, di kalangan keluarga, aku
masih dikenal sebagai Ana. Tidak ada kata suci. Nahh… dari sini kerenan mana
coba ? si Ana atau si Suci ?
Tahukah ? bahwa sebenarnya
presentase aku protes tentang nama itu lumayan banyak lho. Misalkan aku lagi
sekolah terus menerima pelajaran, nih. Buanyaakkk hal2 yang terus memanggil
namaku dalam pelajaran tersebut. Tentang bersuci dari najis lah, mengenai orang
suci, bulan yang suci, bahkan bendera merah putih pun mengisyaratkan bahwa
merah itu berani dan putih itu suci. Siapa cobak, yang gak mengalami tekanan
batin? Seringkali guru ataupun dosen manggil nama luu, padahal memang itu
sedang pelajaran. Pernah ni ya, waktu guru presensi dan memanggil murid2ya,
ketika tiba namaku yang dipanggil, ada pertanyaan,”Suci apa masih suci?” nahh,
aku harus berekspresi gimana ? sok2an tertawa ? ahh udah bassii.. Mungkin aku
yang terlalu baper kali yaa. Belum lagi tuh di kehidupan informal, teman2 juga
sering bilang,”suc, aku tadi ketemu dirimu lho. Di lantai masjid.” Wow… serasa aku
pengen lari dari dunia ini, bung. Terus endingnya, aku protes sama orang rumah.
Kenapa sih dulu namaku suci ? keluar lagi dah, rasa tidak bersyukurku ini. Tapi
orang2 rumah menjawab dengan sok baik agar berkurang kesedihanku,”ya biar
engkau menjadi orang yang baik, suci”. Yakalii… itu begitu alay sekali
(menurutku). Ah sudahlaah tekanan batin hidup dengan nama si suci.
Sesungguhnya nama panggilan ini
tercipta ketika aku memasuki masa sekolah. Sebelum sekolah, aku hidup di lingkungan
keluarga inti dan tetangga, namaku itu adalah Ana bukan Suci. Karena di sekolah
TK sudah banyak yang namanya Ana, makanya berubah deh, mana panggilanku. Diubah
karena nama depanku itu suci. Ana itu nama akhirku. Masa SD aku tak berencana
merubah ke Ana lagi, karena teman TK ku juga menjadi teman SD ku. Kemudian saat
SMP, harusnya aku mampu mengganti nama panggilan, itupun tak kulakukan. Saat
berkenalan, aku memperkenalkan diri bahwa bisa dipanggil suci. Nah, setelah
dewasa aku baru sadar, bahwa itu awal kesalahan ku sendiri. Terus SMA, aku juga
tak merubahnya. Kuliahpun juga. Apalagi teman sekos ku, namanya juga Ana. So,
dimana2 nama Ana sebenarnya itu sudah pasarann bangett.. tapi malu juga dengan
nama Suci. Oh serba salah.. Yang paling nyakitin itu adalah, ketika menemukan
teman dekat yang teryata nama ibunya itu juga Suci. Mau ditaruh mana cobak muka
ini ? Coba ya, berpikir rasional. Ibunya teman luu itu pasti udah berumur
sekitar 40an kan. Dan itu namanya samaan dengan nama teman dekat anaknya.
Gimana cobak waktu luu harus main kerumah teman lu itu ? ketika ibu teman luu,
harus manggil nama lu yang ternyata sama dengan nama ibu itu. Sakitttt gitu
lohh. Apalagi tetangga jauh sih, itu
juga ada yang namanya Suci. Dan itu juga sudah punya cucu. Ahhh terasa banget
yahh ini hidup.